Jinja ini ada di Fushimu-ku, Kyoto.
Dari Kyoto Station cuma 5 menit naik JR Nara Line, turun di Inari Station.
Keluar stasiun, langsung ada pintu masuk ke
jinjanya. Untuk bisa masuk ke sini kita ga perlu bayar dan ga ada jam
buka-tutupnya. Jadi bisa ke sini kapan aja, jam berapapun. Dan yang paling
harus diinget kalau mau main ke sini adalah, kita harus menghargai orang-orang
yang sedang ibadah disana. Jangan sampai mereka merasa terganggu. Ya walaupun
udah dijadiin tempat wisata juga, ada beberapa tempat yang ga boleh ambil foto
karena dikhawatirkan bisa mengganggu kegiatan ibadah disana. Kalau ingin tau sejarah atau makna dari patung dan
bangunan yang ada disana, tinggal scan aja QR codenya. QR codenya ada ditiap
patung dan bangunannya kok, gampang kan?
Di sana
kita bakal menemukan banyak patung rubah, karna rubah sebagai messenger jinja ini. Ah ya, menurut kepercayaan
orang Shinto, setiap jinja punya
‘kekuatan’ sendiri. Jadi misalnya, kalau ingin berdoa untuk dapet jodoh,
kesehatan, pendidikan (lulus ujian) dll, maka jinja yang didatengin pun beda-beda. Nah kalau Fushimi Inari untuk
memohon apa? Saya pun tak paham, maafkan. Huahahahaha.
Seperti jinja pada umumnya, di sana ada mikuji (kertas keberuntungan) dan hitakigushi. Untuk yang belum tau apa
itu mikuji, boleh lirik sebentar post
tentang Asakusa. Kalau hitakigushi
itu apa? Pasti pernah liat dong di jinja ada
satu tempat yang isinya permohonan yang di tulis di kayu lalu di gantung. Nah, hitakigushi itu sama, yang bikin beda adalah
bukan digantung, tapi dibakar supaya permohonan yang tertulis disana bisa jadi
kenyataan.
Tempat ini superrr luas dan menanjak karna ada di kaki bukit. Untuk bisa mengelilingi semuanya, butuh kurang lebih 4 jam. No, saya ga muterin semuanya, cuma kuat sepertiganya, lalu balik turun. Ada satu spot yang super terkenal dan Instagram-able, namanya adalah senbon torii. Senbon torii ini berjejer sampai terus ke atas bukit, jadi kaya lagi jalan di dalam terowongan. Torii ini pasti ada dipintu masuk jinja. Yap, yang bentuknya kaya tiang berwarna merah itu. Siapapun bisa ‘menyumbang’ untuk bikin torii sebagai bentuk dedikasi. Harganya berbeda sesuai ukuran. Maka dari itu, torii bagian depan polos tapi di belakangnya ada tulisan. Itu adalah tulisan kapan di buat dan siapa yang ‘menyumbang’nya. (please correct me if I’m wrong)
Kalau
sudah lelah jalan naik turun keliling Fushimi
Inari, di deket pintu keluar ada tempat jajanan berjejer, bentuknya kaya
tempat jajan di Asakusa. So, ga perlu khawatir kalau kelaperan. Selain itu,
toko sovernir pun juga ada di sana. Barangkali berminat untuk beli miniatur torii untuk dipajang dirumah.
Yap,
cukup sekian cerita tentang Fushimi Inari. Semoga bermanfaat dan (cukup)
informatif. Sampai ketemu di trip selanjutnya!